Dampak Fenomena El Nino bagi Sektor Perikanan

Fenomena El Nino adalah suatu peristiwa pemanasan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur yang terjadi secara tidak teratur. Peristiwa ini terjadi setiap 2 sampai 7 tahun sekali, dengan durasi 9 bulan hingga 2 tahun.

Pemanasan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur ini disebabkan oleh perubahan pola angin di Samudera Pasifik. Angin pasat timur yang biasanya bertiup dari Asia Tenggara menuju Amerika Selatan, menjadi melemah atau bahkan berbalik arah. Hal ini menyebabkan air laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur tidak terbawa ke arah barat, sehingga suhunya menjadi lebih hangat.

Fenomena El Nino memiliki dampak yang luas terhadap iklim di berbagai wilayah di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, El Nino dapat menyebabkan berbagai dampak, antara lain:

  • Kekeringan di wilayah Indonesia bagian barat, seperti Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.
  • Peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Papua dan Maluku.
  • Perubahan pola musim tanam.
  • Dampak negatif terhadap sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata.

Untuk mengantisipasi dampak El Nino, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya, antara lain:

  • Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam pemantauan dan antisipasi dampak El Nino.
  • Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang dampak El Nino.
  • Melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak El Nino, seperti penyediaan air bersih, bantuan logistik, dan perbaikan infrastruktur.

Dampak Fenomena El Nino bagi sektor Perikanan di Indonesia

Fenomena El Nino memiliki dampak yang beragam terhadap sektor perikanan di Indonesia, baik positif maupun negatif. Dampak positif El Nino terlihat pada peningkatan produksi ikan laut, khususnya ikan pelagis kecil seperti ikan teri, ikan lemuru, dan ikan tongkol. Hal ini disebabkan oleh suhu air laut yang lebih hangat, yang merupakan habitat alami ikan-ikan tersebut. Selain itu, El Nino juga dapat meningkatkan produksi garam, karena air laut yang lebih asin akan menghasilkan garam yang lebih banyak.

Di sisi lain, El Nino juga dapat berdampak negatif terhadap sektor perikanan, khususnya budidaya ikan air tawar. Hal ini disebabkan oleh penurunan ketersediaan air, yang dapat menyebabkan kematian bibit ikan dan penurunan produktivitas kolam. Selain itu, El Nino juga dapat menyebabkan peningkatan populasi hama dan penyakit ikan, yang dapat mengganggu kesehatan ikan dan menurunkan produksi.

Berikut adalah beberapa contoh dampak El Nino terhadap budidaya perikanan di Indonesia:

  • Pada tahun 2015, El Nino menyebabkan penurunan produksi udang vaname sebesar 15%.
  • Pada tahun 2016, El Nino menyebabkan penurunan produksi ikan nila sebesar 10%.
  • Pada tahun 2019, El Nino menyebabkan penurunan produksi ikan gurame sebesar 5%.

Untuk mengantisipasi dampak El Nino, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya, antara lain:

  • Memperkuat sistem irigasi untuk menjamin ketersediaan air bagi budidaya ikan air tawar.
  • Meningkatkan penggunaan teknologi budidaya yang hemat air, seperti budidaya ikan dalam ember dan budidaya ikan dalam bak.
  • Meningkatkan pengawasan terhadap hama dan penyakit ikan.

Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat membantu menjaga stabilitas produksi budidaya perikanan di Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *